Judul : Moon in the Spring
Penulis : Hyun Go Wun
Penerjemah : Sitta Hapsari
Penyunting : Selsa Chintya
Penerbit : Penerbit Haru
Halaman : 405
Tahun Terbit : Cetakan pertama, September 2014
ISBN : 978-602-7742-39-0
Harga : IDR 63.000
Penulis : Hyun Go Wun
Penerjemah : Sitta Hapsari
Penyunting : Selsa Chintya
Penerbit : Penerbit Haru
Halaman : 405
Tahun Terbit : Cetakan pertama, September 2014
ISBN : 978-602-7742-39-0
Harga : IDR 63.000
Dal-Hee, penghuni langit yang akan dikandidatkan menjadi
seorang dewi kembali berbuat onar. Kali ini perilakunya membuat para tetua dan
dewa-dewi menjadi resah. Dengan hobi Dal-Hee mengagumi pria-pria tampan yang
ada di bumi, dia turun ke bumi untuk menemukan pria tampan yang diinginkannya. Ditambah
dengan dia mendengar suara wanita di bumi yang sedang meminta tolong. Yoon
Ji-Wan, seorang wanita lemah yang telah dinyatakan meninggal beberapa saat yang
lalu. Dal-Hee menemukan Ji-Wan, dan berniat membantu roh Ji-Wan untuk
menyelesaikan urusannya di dunia. JI-Wan yang telah dinyatakan meninggal
tiba-tiba hidup lagi. Dalam raga Ji-Wan terdapat sosok seorang Dal-Hee yang
pada akhirnya harus selalu berurusan dengan tunangan Ji-Wan, Kang Min-Hyuk. Dan
Dal-Hee bertekad untuk memperbaiki sifat Kang Min-Hyuk yang selama ini terlalu
dingin dan bersikap jahat kepada Ji-Wan.
“Setiap manusia sudah memiliki takdirnya
masing-masing. Begitu pula dengan usia manusia, usia hidup dan mati manusia pun
telah digariskan oleh takdir. Akan tetapi bisa juga semua kembali kepada tekad
dan niat yang dimiliki manusia itu. Nasib seorang manusia bisa berubah ketika
ia mau bertarung dengan dirinya sendiri. Namun, semua akan berbeda ketika
manusia itu sendiri yang ingin menyerah menjalani hidupnya.” (halaman 21)
Moon in the Spring, novel berlatar tempat di Korea kedua yang saya baca yang diterbitkan oleh Penerbit Haru. Bertemakan
Roman Fantasi dengan imajinasi di luar nalar manusia, yang menjadikan novel ini
lumayan menarik. Karakter Dal-Hee yang mampu merubah pandangan orang terhadap
diri Ji-Wan menjadikan cerita ini terasa crunchy
untuk dinikmati. Berbagai konflik di dalamnya juga membuat karakter tiap tokoh
semakin terlihat, seperti misalnya karakter Min-Hyuk yang sangat ego sentris.
Memang untuk alur cerita bisa dikatakan lambat dan terkesan
kurang ada “ledakan-ledakan” di dalamnya. Namun syukurlah untuk pertengahan
sampai akhir cerita greget sudah
mulai muncul.
Secara keseluruhan lagi-lagi Haru menampilkan penerjemahan
kalimat yang bisa dikatakan sempurna. Walaupun kebanyakan cerita dari negeri
ginseng ini seringkali klise, begitu pula novel ini, namun Haru mampu mengemasnya
dengan apik. Sehingga menjadikan menarik untuk dibaca sampai akhir.